Kepercayaan dibangun dari konsinstensi.
Pada zaman Dinasti Tang (618-907 SM) ada seorang yang bernama Lu Yuan Fang. Karena situasi dan kondisi keluarganya yang sedang membutuhkan uang dan tidak ada jalan keluar untuk mendapatkan uang, maka ia berniat menjual miliknya yang terakhir, yakni sebuah vila lengkap dengan taman yang indah di kota Luo Yang.
Ada dua orang pedagang kaya yang mendengar berita bahwa vila di kota Luo Yang yang selama ini mereka kagumi akhirnya mau dijual. Karena itu, mereka berdua mencari tahu alamat Lu Yuan Fang. Setelah tiba di rumah Lu Yuang Fang mereka berdua langsung melakukan tawar-menawar. Setelah beberapa saat akhirnya disetujui harga vila itu adalah 6.000 keping uang emas. Dan, sebagai uang muka, kedua pedagang itu memberikan lima puluh keping uang emas.
Tidak disangka pada keesokan harinya, pejabat di kota Luo Yang meminta Lu Yuang Fang untuk menemuinya di kantor. Setelah bertemu, pejabat tersebut berkata, "Saya memanggilmu ke sini karena saya ingin membeli vila yang akan kamu jual." Dengan berat hati ia menjelaskan, "Hamba sungguh mohon maaf. Sekalipun belum dibayar seluruhnya, saya sudah berjanji untuk menjualnya kepada kedua pedagang itu!" Pejabat itu merasa diremehkan, lalu dengan suara keras berkata, "Walau dia sudah memberikan uang muka, akan saya ganti tiga kali lipat dan saya berikan padamu tiga kali lebih banyak dari harga yang kamu berikan kepada mereka. Bagaimanapun vila itu harus saya dapatkan." Dengan tetap dalam sikap hormat Lu Yuan Fang menjawab, "Janji yang sudah diucapkan kepada orang lain tidak boleh dibatalkan hanya gara-gara bisa menerima uang yang lebih banyak. Saya ingin jadi orang yang bisa dipercayai walaupun untuk itu saya tidak bisa menerima uang lebih banyak. Rumah ini tidak bisa dijual kepada Tuan!"
Berita Lu Yuan Fang menolak tawaran pejabat kota Luo Yang sampai ke telinga ibunya. Ibu Lu Yuan Fang memanggilnya dan menasehatinya, "mengapa kamu tidak menjualnya pada pejabat itu. Harganya jauh lebih baik dan jika kamu menolak permintaannya, ibu khawatir suatu saat dia akan mencari gara-gara terhadap kita." Melihat ibunya seperti itu, Lu Yuang Fang berlutut di depan ibunya dan memohon, "Yi Yan Ji Chu, Si Ma Nan Zhui (sekali kuda dilepaskan untuk keluar dari kandang, maka akan sangat sulit untuk dikejar kembali, artinya; sekali kita sudah mengucapkan janji kepada orang lain tidak boleh ditarik kembali). Ibu sendiri yang mendidik kami untuk menjadi orang yang punya integritas dan dapat dipercayai. Sekarang saya sudah berjanji kepada orang lain, walau harganya jauh lebih murah, lalu mengapa saya mau membatalkan secara sepihak?"
Nilai Pembelajaran
Integritas tidak berbicara mengenai kejujuran saja tetapi juga mengenai apakah perkataan dan tindakan kita dapat dipercaya. Kita berani untuk berkata tidak untuk hal-hal yang mungkin sebenarnya menguntungkan kita tetapi kita tetap memegang nilai integritas tersebut dengan tetap mempertanggung jawabkan apa yang sudah kita janjikan ataupun perkatakan. Seperti halnya dengan Lu Yuan Fang, walaupun dia mendapatkan tawaran yang lebih baik dari pejabat tersebut yang akan lebih banyak menguntungkan dirinya tetapi dia berani menolak dengan hormat dan tetap mengambil keputusan untuk menepati janji dan perkataannya dengan tetap menjual villa yang dia miliki kepada dua orang pedagang kaya yang telah terlebih dahulu membeli villa tersebut. Di samping itu, walaupun Lu Yuan Fang mendapat banyak paksaan dan godaan untuk menjual villa nya ke pejabat tetapi dia tetap berpegang pada pendiriannya yang kuat untuk tetap menjaga nilai integritas yang selama ini dipegangnya.
Biarlah setiap kita terus mempertahankan integritas yang sudah kita miliki sehingga orang lain melihat kita sebagai pribadi yang berintegritas dan dapat dipercaya baik dalam perkataan maupun tindakan kita.
Wah ceritanya bagus sekali, sangat menginspirasi,
BalasHapusPosting Komentar