Kematangan tak datang dengan bertambahnya usia, kematangan bermula dengan sikap menerima tanggung jawab.

Salina Ibrahim


     Konon bangsa burung tidak bersayap seperti bangsa burung yang kita lihat sekarang ini. Suatu ketika, Tuhan memanggil semua bangsa hewan termasuk bangsa burung. Tuhan berkata bahwa ada pekerjaan maha besar yang hendak Dia berikan kepada bangsa hewan. Pekerjaan itu adalah memindahkan bongkahan batu besar sebesar gunung dari tempat tinggal para binatang tadi ke tempat asing yang jauh. Pekerjaan besar tersebut ditawarkan ke semua bangsa hewan, sang raja hutan geleng-geleng tanda tidak sanggup, begitu pula gajah yang dikenal kuat dan besar tenaganya ikut geleng-geleng kepala juga tanda tidak sanggup dan merekapun menyerah begitu saja. Pendek cerita tidak ada satupun hewan yang berani mengambil tanggung jawab itu. Suasana sunyi dan hening pada waktu itu.

     Di kesunyian forum itu, bangsa burung yang berbadan kecil bersuara. "Tuhan...bisakah bongkahan batu besar itu Engkau potong kecil-kecil sehingga kami bangsa burung bisa membawanya?" demikian kata pemimpin bangsa burung memecah keheningan. Singkat cerita Tuhan-pun setuju dan memecah batu besar itu menjadi kecil-kecil. Kemudian, bangsa burung bergotong-royong membawa potongan-potongan batu tersebut. Ada yang berjalan berjingkat-jingkat, ada yang setengah berlari dan ada pula yg berlari kelewat kencang sehingga terlihat agak melayang sesekali.

     Perjalanan panjang dan melelahkan melewati lembah dan bukit, rawa dan laut, ngarai dan hutan belantara. Tidak ada rasa sesal sekalipun, bangsa burung tetap bersemangat memikul tanggungjawabnya. Semakin lama bangsa burung semakin lihai membawa bebannya dan terasa bisa berlari cepat dan mengambang, bahkan mulai tumbuh sayap-sayap mungil dan semakin lama semakin kuat menopang tubuhnya untuk melayang dan terbanglah bangsa burung!

Nilai Pembelajaran



     Mengambil tanggung jawab untuk melakukan berbagai tindakan yang selaras dengan tujuan bersama dengan memahami dan sadar sejak awal secara mandiri tentang tujuan, proses, batasan dan larangan. Orang-orang yang berhasil dalam kehidupannya, mempunyai kebiasaan seperti bangsa burung dalam cerita yaitu selalu menantang dirinya sendiri untuk mengambil tanggung jawab melakukan lebih banyak dan lebih baik “willingness to do more”. Baik sebagai pribadi atau kelompok mereka selalu memaknai kebiasaan ini sebagai proses pengembangan diri untuk meningkatkan kemampuan, memperdalam keterampilan, memperbanyak pengalaman dan memperbesar kapasitas.


     Sadar atau tidak, ‘sayap’ yang kita miliki atau berbagai kemampuan yang kita miliki sekarang banyak karena diwaktu dulu kita berani mengambil tanggung jawab untuk melakukan sebuah pekerjaan misal sebagai ketua project, pemimpin sebuah kelompok dll. Kapasitas dan kapabilitas kita hari ini dibangun atas kebiasaan kita mengambil tanggung jawab untuk melakukan yang lebih banyak dan lebih baik. Namun banyak juga orang yang enggan untuk melakukan hal ini. Dengan mengatakan “saya tidak digaji untuk melakukan hal ini”, “Ini bukan tugas saya”, “saya sudah terlalu banyak yang harus dikerjakan”, “saya sudah tidak punya waktu untuk itu”.dll. Tapi, sebenarnya, sikap tersebut membuat kita kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri baik dari aspek kapasitas maupun kapabilitas. Sikap tersebut juga hanya akan membuat kita menyesal dikemudian hari saat orang lain, teman kita sudah mempunyai ‘sayap’ seperti yang kita harapkan.


     Pilihan biasanya selalu ada saat pekerjaan datang, menerima atau mencari dalih untuk menolak. Jika toh kita tidak ada pilihan untuk menolak, kita masih punya pilihan menerima tetapi menggerutu, mengerjakan asal-asalan dan hasil yang ala kadarnya. Atau kita akan memilih untuk menerima tanggung jawab tersebut, mengerjakan dengan sebaik mungkin, memberikan hasil jauh diatas harapan, menggunakan kemampuan terbaik. Jadi, sikap apa yang akan anda ambil?



1 Komentar

  1. Menarik sekali ceritanya, ditunggu cerita inspiratif berikut nya

    BalasHapus

Posting Komentar