Setiap tim terbaik memiliki konsistensi dan ikatan yang kuat.

Roger Staubach


     Di suatu hutan hiduplah sekelompok kancil. Dalam kelompok itu ada yang dijuluki si Pincang. Ia selalu diejek oleh binatang-binatang lainnya. Namun ia selalu tabah menghadapi cobaan hidupnya. Pada suatu hari ia hendak mengembara untuk mencari tempat yang aman dan tenteram baginya. Di perjalanan di dalam hati ia berkata, “Mengapa aku selalu diejek oleh teman-temanku? Apakah karena aku berbeda dengan mereka? Aku tahu bahwa aku mempunyai kaki yang tidak sama dengan mereka.” Pada saat itu si Pincang bertemu dengan orang utan yang sangat baik. Orang utan itu tinggal di hutan yang sangat damai. Orang utan itu bertanya kepada si kancil. “Wahai, kancil, hendak ke mana engkau?”. Lalu kancil menjawab “Aku hendak mencari tempat yang aman dan tentram bagi diriku.” “Oh, begitu.” Lalu orang utan mengajak kancil tinggal di rumahnya. “Terima kasih, temanku, engkau sangat baik,” kata kancil.

     Setelah sampai di rumah orang utan, kancil sangat senang dan merasakan kedamaian. Beberapa hari kemudian kancil keluar rumah untuk mencari makanan. Ia melihat orang utan datang berlari-lari. “Teman, mengapa engkau lari tergesa-gesa?” “Aku sedang dikejar seorang pemburu yang ingin menembakku,” kata orang utan. Beberapa saat kancil diam, mencari akal. “Aku punya akal untuk membuat si pemburu jera dengan perbuatannya,” kata kancil. “Apa teman ?” sahut orang utan. “Begini, aku akan membuat perangkap untuk pemburu itu.”

     Beberapa hari kemudian perangkap buatan kancil sudah jadi dan siap dipakai. Kancil menyuruh orang utan berpura-pura mencari makanan. Pemburu melihat orang utan yang sibuk mencari makanan dan ia menyiapkan senapan untuk menembaknya. Pemburu tidak tahu bahwa di atasnya terdapat perangkap yang telah disediakan untuknya. Pemburu terperangkap di dalamnya. Kancil dan orang utan sangat gembira. “Kita berhasil menangkap pemburu itu dan engkau sangat hebat kawan,” kata orang utan kepada si kancil. “Sudahlah kawan, kita
berteman, jadi kita wajib saling membantu.” Akhirnya hutan yang di tempati oleh orang utan dan kancil menjadi damai kembali.

Nilai Pembelajaran

     Dalam cerita di atas, terlihat jelas bahwa kancil membantu orang utan untuk tetap hidup. Kancil tidak mau orang utan yang sebelumnya menolongnya disakiti oleh pemburu. Maka dari itu, kancil membantu menyiapkan perangkap untuk pemburu agar orang utan tidak diburu lagi. Kancil membantu dengan ikhlas agar orang utan dapat tetap hidup.

     Cerita di atas mengandung nilai hidup harmonis, dimana kancil dan orang utan saling bekerja sama untuk tetap hidup di hutan. Mereka merasa membutuhkan satu sama lain, maka saat salah satu dari mereka merasa kesulitan, yang lainnya dengan secara natural akan membantu dengan ikhlas. Seperti orang utan yang memberi tempat untuk kancil hidup dan kancil yang membantu orang utan untuk memberikan perangkap kepada pemburu. Begitu pula dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita akan membutuhkan orang lain untuk membantu kita keluar dari masalah dan untuk meringankan beban permasalahan kita. Termasuk permasalahan-permasalahan yang timbul dalam lingkungan kerja. Kita bekerja dalam tim untuk dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, jika ada anggota tim kerja dalam kesulitan maka anggota tim yang lain diharapkan dapat membantunya.

2 Komentar

  1. Ceritanya sangat bagus dan inspiratif

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas comment nya, ikuti terus update terbaru dari kami ya...

      Hapus

Posting Komentar