Mengetahui cara untuk peduli, berwelas asih, mengetahui apa yang benar benar penting dalam hidup. Pada saat itu, Anda tidak akan pernah tenggelam.
Anonim
Ada kisah mengenai pelaut tua dan seorang professor. Pada malam pertama di atas kapal, Profesor baru saja mendapat makan malam luar biasa menyenangkan di aula perjamuan, lalu ia pergi ke dek untuk menghirup udara segar laut. Kemudian ia melihat seorang pelaut tua yg tengah bersandar di pinggiran kapal, menatap ke samudra di bawahnya.Ia memutuskan untuk bercakap cakap dengan pelaut ini. Ia menghampiri pelaut itu dan berkata, “Pak tua, sudah berapa lama Anda melaut?” Pelaut menjawab, “Sejak masih bocah, sekitar umur tiga belas,”. “Luar biasa!” kata Profesor. “Anda pasti tahu bahwa di lautan yang kita arungi ini ada begitu banyak kehidupan. Sebagai pelaut yang telah banyak makan asam garam, Anda pasti pakar dalam ilmu oceanologi, ilmu kelautan.” Pelaut bingung, “Haa? Emang laut ada ilmunya?” “Apa?!”, seru professor. “Bertahun tahun di laut anda tidak pernah membaca buku atau belajar mengenai isi samudra di bawah Anda?” “Nggak lho” kata pelaut. ”Anda sudah menyia-nyiakan waktu Anda!” tukas professor seraya melangkah pergi dengan rasa kesal.
Besok malamnya, professor mendapat makan malam yang sangat lezat lagi sehingga hatinya sangat baik. Jadi ketika ia berjalan di dek untuk kedua kalinya, lagi-lagi si pelaut tua sedang berjaga di sana. Kali ini si pelaut sedang memandangi bintang-bintang. Kebetulan pula bahwa ini pun salah satu hobi professor: astronomi. Ia berpikir, ”Ah, sudahlah. Pria tua malang ini mungkin tidak tahu banyak mengenai oceanologi, namun ia pasti tahu mengenai astronomi. ”Saya minta maaf soal kemarin malam. Anda mungkin tidak banyak tahu mengenai oceanologi, namun Anda pasti tahu mengenai astronomi, yang kebetulan hobi saya juga. Coba lihat rasi bintang Beruang Besar disana!” Pelaut itu terkesiap, ”Beruang Besar apaan?” Itu! Bintang di langit utara sana!” tunjuk professor, ”Anda pasti tahu astronomi, itu kan yg memandu arah kapal kita!” Pelaut bingung, ”Saya tidak tahu Anda omong apa. Kapten yang tahu soal beginian,bukan saya.” “Apa?!”,lengking Profesor. “Bertahun tahun di laut, melihat langit di atas, Anda tidak pernah peduli belajar astronomi? Anda menyia nyiakan hidup saja !” Profesor pun melangkah dengan muak.
Malam ketiga di laut, ia tidak hadir ke aula perjamuan untuk makan malam karena malam itu samudra mengamuk. Professor mabuk laut, jadi ia istirahat saja dalam kabinnya. Malam makin larut, badai makin parah. Ia bisa merasakan gelombang laut menampar kapal dari jendela kabin. Ketika badai mencapai puncaknya pada tengah malam. Ia mendengar suara tabrakan, dentuman besar! Ia merasa takut. Setelah bunyi keras itu, sesaat hanya ada keheningan, diikuti suara orang berlarian dan kegaduhan di luar pintu kabinnya. Panik, ia membuka pintu dan coba tebak siapa yang sedang berlari di luar sana? Si pelaut tua. Si pelaut tua itu berhenti sesaat, berpaling kearah professor dan berkata, ”Pak professor, selama bertahun-tahun Anda hidup, pernahkah Anda belajar berenang?” ”Emm…tidak ada…” lirih professor. ”Sia-sia sekali hidup Anda! Kapal ini akan tenggelam!” seru pelaut.
Nilai Pembelajaran
Wahai professor boleh saja belajar astronomi, oceanologi, atau meteorology, tapi yang paling penting untuk diketahui seorang pelaut adalah cara berenang. Demikian pula, hal terpenting untuk diketahui dalam hidup bukanlah mengetahui soal elektronika, mobil, teknologi tapi bagaimana menjaga kepala tetap di atas permukaan air di dalam arus dan gelombang ketidakpastian hidup, namun sudahkah Anda belajar berenang andaikata kapal Anda tenggelam? Ketika Anda kehilangan seluruh harta Anda, bursa saham jatuh, ditinggalkan pasangan, ditinggal mati orang tersayang? Jika belum, maka kecewa dan duka akan meneggelamkan Anda.
Jadi apa yang dimaksudkan dengan berenang? Mengetahui cara untuk peduli, berwelas asih, mengetahui apa yang benar benar penting dalam bekerja sehari-hari. Pada saat itu, Anda tidak akan pernah tenggelam.
Seru ceritanya, apa yang kita anggap benar belum tentu yang paling baik
BalasHapusPosting Komentar