Cinta tanpa syarat adalah pikiran yang tidak logis, namun hebat dan memiliki kekuatan yang hebat.
A.J Jacobs
Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Bapak Yusuf, 58 tahun mengisi kesehariannya dengan merawat istrinya yang sakit dan juga sudah renta. Mereka telah menikah lebih dari 32 tahun. Bapak Yusuf dikarunuai 9 orang anak, dimana saat istrinya melahirkan anak ke 9, kakinya mendadak lumpuh. Dan menginjak tahun ketiga sakitnya, seluruh tubuhnya menjadi lemah dan tidak dapat digerakkan kembali. Bahkan istrinya tidak lagi dapat berbicara.
Setiap hari Bapak Yusuf merawat istrinya dengan segenap hati. Sebelum ia berangkat kerja, ia meletakkan istrinya di depan televisi supaya tidak merasa kesepian. Untunglah tempat kerja Pak Yusuf tidak jauh dari rumahnya. Di siang hari ia akan kembali sebentar ke rumah untuk menyuapi istrinya makan siang. Kemudian sorenya ia memandikan istrinya, mengganti pakaian, dan menjelang malam hari, ia akan menemani istrinya menonton televisi, sambil menceritakan apa yang ia alami seharian.
Rutinitas ini ia lakukan selama kurang lebih 25 tahun. Dengan penuh kasih sayang dan kesabaran ia membesarkan kesembilan buah hati mereka, sambil merawat istrinya. Anak- anak Pak Yusuf kini sudah tumbuh besar, berkeluarga, dan meninggalkan rumah. Suatu hari anak – anak mereka berkumpul di rumah Pak Yusuf dan menanyakan kepada Bapaknya, “Ayah kau telah penuh dengan cinta dan kasih sayang merawat Ibu, sudah kesekian kalinya, kamu mengijinkan Bapak untuk menikah lagi, kami rasa Ibu juga pasti merestuinya. Kami tidak rela melihat Bapak sudah berkorban sebanyak ini. Kami berjanji, kami pasti akan merawat Ibu secara bergantian.”
Dengan penuh lemah lembut Pak Yusuf menjawab, “Jikalau perkawinan di dunia hanya untuk nafsu, Bapak pasti akan menikah lagi. Namun ketahuilah, dengan adanya Ibumu di sampingmu sudah lebih dari cukup. Jika kalian menginginkan Bapak bahagia, apakah batin Bapak bisa bahagia, melihat Ibumu Bapak tinggalkan dengan keadaannya seperti sekarang ini?”
Sejenak air mata mengalir di pelupuk mata istrinya, sambil menatap suami tercintanya. “Jikalau manusia menginginkan cinta dalam kehidupannya, tetapi tidak mau memberikan waktu, tenaga, pikiran, perhatian, dan penghiburan, maka kehidupannya akan menjadi kesiasian belaka, “ujar Bapak Yusuf.
Nilai Pembelajaran
Nilai Pembelajaran
Cintailah orang-orang di sekitar Anda tanpa syarat, meskipun ia memiliki pandangan, cara hidup, ataupun perilaku yang berbeda dari Anda. Mencintai orang-orang di sekitar Anda tanpa syarat, akan membuatmu merasa nyaman dengan hidupmu.
Seringkali kita mencintai Tuhan dan orang-orang di sekitar kita, berdasarkan sebab, kalau, maka orang-orang di sekitar Anda juga akan memperlakukan Anda karena sebab ataupun kalaupun. Sedangkan jika Anda memperlakukan orang dengan walaupun maka balasan ketulusan juga yang Anda terima. Fokuslah kepada kelebihan dari diri orang lain, bukan kekuranganya.
Tentunya dalam berhubungan dengan orang-orang di sekitar Anda, mereka tidak akan pernah lepas dari kekurangan dan kekhilafan. Maka dengan ikhlas, maafkanlah dan terimalah apa yang menjadi kekurangan mereka. Karena dengan penerimaan, hubungan yang harmonis akan senantiasa terjadi, penerimaan juga dapat membuat seseorang dapat selalu tegar bertahan dan melanjutkan hidupnya dengan lebih baik.
Bersyukurlah karena dalam hidup Anda masih bisa dikelilingi orang-orang yang Anda sayangi. Maka setiap harinya, perlakukanlah orang-orang yang Anda sayangi dengan ketulusan hati. Berpikir, bahwa setiap hari yang kita jalani, bisa saja menjadi hari terakhir yang kita lalui bersama orang tersebut.
Romantis sekali ceritanya,
BalasHapusTerimakasih atas comment nya, ikuti terus update terbaru dari kami ya.
HapusPosting Komentar